Selamat datang di Suara Indonesian sebuah blog tentang segala informasi mengenai Indonesia dengan segala perkembangannya, semoga blog ini bisa menambah sedikit wawasan anda.

Mohon kritik & saran berkaitan dengan penulisan artikel blog ini.

Terima kasih.

Maju Terus Indonesia!!

Strategi Sistematis Malaysia Dalam Merongrong Indonesia

Pada tahun 1990-an saya mengagumi Malaysia di bawah kepemimpinan PM Mahathir Muhammad yang mendapat julukan Soekarno Kecil karena suara Malaysia yang berani dan kepemimpinan Mahathir dalam melakukan pegging nilai Ringgit terhadap Dolar yang berhasil menyelamatkan negeri itu dari krisis lebih cepat dari Indonesia yang mencumbu IMF dengan mesranya tetapi bukan sembuh dari krisis melainkan negara menjadi semakin miskin karena asetnya dijuali sesuai resep IMF.

Akan tetapi, dua tahun terakhir ini melihat Malaysia sebagai ancaman serius terhadap kedaulatan NKRI.

Rentetan kejadian yang sempat saya rekam dalam memori saya ditambah peristiwa-peristiwa baru yang terjadi semakin memantapkan praduga saya bahwa Malaysia memang secara sengaja dan sistematis melakukan usaha-usaha untuk menggerogoti NKRI. Malaysia memiliki strategi yang saya rumuskan berdasarkan pengamatan saya. Tentu strategi yang saya ungkapkan ini akan menimbulkan banyak perdebatan. Silakan saja. Saya hanya menyampaikan yang saya amati. Diskusi mengenai hal tersebut tentunya sangat diperlukan.

Kekuatan utama yang menghendaki superoritas Malaysia atas Indonesia adalah kelompok Melayu yang bergabung dalam UMNO. Kelompok ini memiliki dua tujuan sekaligus dalam menggerogoti Indonesia, yaitu:

1. Mengungguli Indonesia dalam segala hal (terutama Jawa)
2. Menguasai seluruh etnis di Malaysia

Dengan mengungguli Indonesia, etnis Melayu di Malaysia akan mengatakan kepada etnis-etnis yang lain (Cina, India) bahwa Indonesia (Jawa) yang besar saja bisa mereka kuasai, sehingga etnis-etnis minoritas yang lain mau tidak mau harus tunduk kepada mayoritas Melayu. Kaum minoritas yang tinggal di Malaysia harus merasa diberkahi dengan hidup dengan segala batasan di Malaysia. Entah dosa sejarah apa yang membuat kaum Melayu di Malaysia begitu ingin mengungguli Indonesia (Jawa). Mungkin karena di masa lampau kaum Melayu tidak pernah memiliki kekuasaan yang besar sebagaimana yang pernah dipatrikan oleh etnis Jawa melalui Majapahit.
Strategi Sistematis Malaysia untuk Merongrong NKRI

Adapun strategi-strategi Malaysia tersebut saya bagi menjadi 6 strategi:

1. Strategi Diktator Mayoritas
2. Strategi Pengerogotan Wilayah
3. Strategi Pencurian Hasil Hutan
4. Strategi Pencurian Sumberdaya Manusia
5. Strategi Pencurian Kebudayaan
6. Strategi Perisai Hidup

Strategi Diktator Mayoritas

Strategi ini merupakan strategi Kaum Melayu Malaysia untuk selalu menjadi penguasa di Malaysia. Komposisi etnis Melayu yang mayoritas di Malaysia diterjemahkan secara kasar sebagai Kaum Melayu yang harus selalu berkuasa di Malaysia. Hal ini seperti rule of thumb di Indonesia bahwa yang menjadi Presiden di Indonesia haruslah orang Jawa. Aturan jempol yang sudah runtuh karena BJ Habibie pernah menjadi Presiden RI.

Nah, di Malaysia, etnis Melayu berkumpul dalam sebuah kekuatan politik bersama yang bernama UMNO. Dari namanya saja sudah kelihatan kalau organisasi itu merupakan organisasi Melayu bersatu. Di Indonesia, organisasi semacam ini pernah ada. Namanya Golongan Karya. Perbedaan UMNO dan Golkar terletak pada unsur-unsurnya. UMNO berisi organisasi-organisasi berdasarkan etnis, sedangkan Golkar terdiri dari unsur-unsur kekaryaan yang lebih tepatnya disebut sebagai unsur nasionalis. Sebagaimana Golkar di rezim Orde Baru, UMNO selalu berkuasa di Malaysia. Dengan cara bersatu seperti itu, Kaum Melayu di Malaysia menjadi diktator atas minoritas yang lain. Secara memalukan, Kaum Melayu ini membatasi gerak ekonomi dan politik kaum minoritas yang berada di dalam kungkungannya.

Strategi Penggerogotan Wilayah

Sebagai negara dengan wilayah yang luas, Indonesia tidak memiliki ambisi teritorial untuk memperluas wilayahnya dengan menggerogoti wilayah negara lain, mencaploknya dan mengakuinya sebagai bagian dari wilayahnya. Hal yang berbeda diperagakan oleh Malaysia. Negara itu sangat rakus untuk mencuri teritori tetangganya yang anehnya, hanya teritori Indonesia saja yang selau diusahakan untuk dicaplok. Malaysia telah sukses dalam merebut Pulau Sipadan dan Ligitan. Walaupun seluruh bukti sejarah menunjukkan bahwa kedua pulau tersebut merupakan bagian dari wilayah Indonesia, di Mahkamah Internasional Malaysia berhasil mempengaruhi para hakim dengan menyatakan Malaysia sebagai pemilik kedua pulau tersebut karena Malaysia yang secara efektif dan nyata melakukan eksploitasi di atas kedua pulau tersebut. Memang, berbeda dengan Indonesia yang beranggapan bahwa kedua pulau tersebut merupakan wilayah sengketa yang tidak boleg diokupasi, Malaysia malahan membuat resor di kedua pulau tersebut. Anehnya, perbuatan maling tersebut justru diakui oleh para hakim sebagai bukti bahwa pencurilah yang memiliki kedua pulau tersebut karena pecurinya yang mengurus dan mengelola wilayah yang diperebutkan, bukan pemiliknya yang menelantarkan.

Tidak cukup puas dengan mendapatkan Sipadan dan Ligitan, Malaysia mengincar Blok Ambalat yang dipercayai sebagai wilayah kaya minyak. Dengan ganasnya Malaysia mengganggu pembangunan mercusuar yang dilakukan oleh Indonesia di wilayahnya sendiri (Pulau Ambalat). Gangguan itu dilakukan dengan kapal-kapal Tentara Diraja Malaysia yang lalu lalang dan pernah bersenggolan dengan kapal tua TNI AL.

Selain itu, di Kalimantan patok-patok batas wilayah darat kedua negara selalu dipindah-pindah oleh Malaysia jauh ke dalam wilayah Indonesia sampai ratusan mil. Pemerintah Indonesia mengetahui hal ini tetapi karena tentaranya lebih suka untuk dihadapkan untuk memerangi sesama bangsa, tidak ada pasukan yang dikerahkan untuk menjaga perbatasan yang sangat panjang di Pulau Kalimantan. Tentunya hal tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh Malaysia. Kegiatan memindahkan patok dengan mudah dilakukan karena tidak ada pasukan TNI yang menjaga perbatasan kedua negara.

Strategi Pencurian Hasil Hutan

Masih berkaitan dengan ketidakpedulian pemerintah Indonesia atas pemindahan patok-patok tapal batas wilayah darat kedua negara di Kalimantan, Malaysia dengan cerdik membangun prasarana transportasi darat di wilayahnya di Pulau Kalimantan. Akses transportasi yang dibangun sampai ke dekat wilayah perbatasan tersebut digunakan untuk mendukung kegiatan pencurian kayu dari hutan-hutan Indonesia di wilayah Kalimantan. Terbukti, wilayah Kalimantan yang tadinya berhutan lebat saat ini sudah menjadi wilayah dengan kerusakan hutan terhebat di dunia. Pembalakan liar dilakukan oleh pengkhianat-pengkhianat Indonesia bekerjasama dengan maling-maling dari Malaysia, yang sadar untuk tidak mencuri di wilayahnya sendiri melainkan mencuri di wilayah Indonesia.

Strategi pencurian kayu ini terbukti mampu membuat Malaysia dikenal sebagai penghasil kayu dunia dan mampu membuat Indonesia semakin melarat karena tidak mendapatkan keuntungan dari hasil hutan yang berada di wilayahnya.

Strategi Pencurian Sumberdaya Manusia

Kaum Melayu Malaysia adalah kaum yang malas. Sejak menjadi kaya mereka tidak mau lagi mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kasar di sektor industri, perkebunan, pertanian maupun konstruksi. Mereka maunya kerjaan kantoran dengan pekerjaan lebih sedikit tetapi gaji lebih besar dari ekspatriat yang berasal dari Indonesia. Pekerjaan kasar di pabrik-pabrik, kebun, ladang, areal pertanian, dan konstruksi sudah pasti dilakukan oleh pekerja-pekerja migran dari negara tetangga, yang terbesar berasal dari Indonesia dan terutama JAWA.

Malaysia tidak mungkin membangun tanpa ada orang-orang yang mau bekerja di bagian pekerjaan kasar. Oleh karena itu, mereka membuka diri untuk menerima pekerja migran dari Indonesia. Mereka di sana bekerja tetapi dengan kelicikannya, Malaysia selalu menempatkan keberadaan TKI-TKI di sana sebagai faktor untuk menekan Pemerintah RI dalam memaksakan klausul-klausul hubungan kedua negara. Malaysia selalu menyebut diri sebagai negara yang berjasa memberikan lapangan kerja kepada WNI ketika Pemerintah RI tidak mampu menciptakan lapangan kerja bagi warga negaranya sendiri.

Malaysia juga sadar bahwa mereka memiliki sumberdaya manusia yang terbatas. Kemalasan yang menjadi ciri utama etnis Melayu di sana secara jangka panjang akan merugikan mereka. Oleh karena itu, Malaysia mencuri sumberdaya manusia dari Indonesia. Para muda belia dari wilayah Sumatra yang bebas fiskal ke Malaysia dirayu untuk bersekolah dan kuliah di Malaysia. Setelah sekolah dan kuliah di Malaysia, mereka ditawari untuk bekerja di Malaysia dengan gaji lebih tinggi dari gaji yang dapat diperoleh dari Indonesia tetapi tidak akan pernah menyamai gaji orang Malaysia dengan kompetensi yang sama. Akibatnya, banyak anak-anak Indonesia yang belajar di Malaysia dan ketika lulus untuk pulang ke Indonesia.

Kita di Indonesia boleh mengatakan bahwa nasionalisme tidak diukur dengan posisi seseorang ketika dia berkarya. Nasionalisme ada di dalam jiwa dan itu tidak akan pernah luntur walaupun mereka bekerja di luar negeri. Boleh saja bicara seperti itu tetapi faktanya bahwa kita kalah dua kali. Putra-putri berkualitas tinggi sudah dicuri melalui program pendidikan dan pemberian lapangan kerja, orang-orang tidak berkualitas pun dikirim ke sana sebagai babu dan pekerja kasar. Fakta yang lain lagi adalah bahwa Malaysia berhasil dalam melaksanakan strategi tersebut.

Strategi Pencurian Kebudayaan

Malaysia adalah negeri yang tidak memiliki warisan luhur kebudayaan dari nenek moyangnya. Sebagai orang Melayu, mereka tidak memiliki sejarah yang dapat dibanggakan. Justru orang-orang Melayu dari Sumatralah yang memiliki sejarah bernilai tinggi. Oleh karena itu, Malaysia mencuri warisan kebudayaan Melayu bernilai tinggi dari Sumatra. Peninggalan-peninggalan kebudayaan melayu berupa naskah-naskah kuno banyak dibeli secara langsung oleh “peneliti-peneliti” dari Malaysia dan dijadikan aset dalam pusat-pusat penelitian mereka. Bahkan, naskah-naskah kuno itu dijadikan pustaka-pustaka digital yang tentunya boleh diramalkan bahwa orang Melayu Indonesia harus membayar apabila suatu saat akan mengaksesnya. Sebagaimana orang Jawa yang harus pergi ke Belanda untuk belajar sejarah Jawa maka ke depan, orang Sumatra harus pergi ke Malaysia untuk belajar sejarah Melayu.

Pengakuan batik, reog, rendang, dan lagu Rasa Sayange tidaklah ada artinya apabila dibandingkan dengan strategi pencurian kebudayaan Melayu yang mereka lakukan seperti saya uraikan pada paragraf di atas. Sungguh mengerikan!

Strategi Perisai Hidup

Baru-baru ini Happy Bone Zulkarnaen mengungkapkan bahwa Pemerintah Malaysia merekrut WNI untuk menjadi Askar Wataniah. Pemerintah Malaysia tentu memiliki akal sehat untuk menghadapkan askar wataniah yang direkrut dari WNI itu dengan TNI di perbatasan apabila suatu saat diperlukan. Astaghfirullaah!

Simpulan

Jangan pernah berpikir bahwa Malaysia tidak memiliki strategi sistematis untuk merongrong Indonesia. Kalau anda berpikir seperti itu, Anda harus mengingat-ingat kembali perbuatan Anda sendiri yang kadang secara licik ingin menguasai seluruh harta warisan kedua orang tua Anda. Anda yang sedarah-sedaging saja samoai hati meliciki saudara, apalagi Malaysia yang tidak benar-benar serumpun dengan kita.


Sumber: www.widarto.net



Baca juga artikel dibawah ini:



1 komentar:

Anonim mengatakan...

mantap

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda Dibawah ini